Part 3 (Bagian terakhir)
Baca juga Surat untuk Rain Part 1
Hari-haripun berlalu
dengan indah. Rain... hanya dirinya yang memenuhi pikiranku. Aku bahkan
tersenyum sendiri hanya dengan memikirkannya. Entah bagaimana caraku melukiskan
apa yang sedang terjadi di hatiku. Aku jatuh cinta, semakin jatuh cinta
padanya.
Hingga suatu hari...
Aku mengirim sebuah
pesan pada Lila:
“Lebih baik berteman
rasa pacaran, daripada jujur lalu semua hal menghilang”.
Aku takut jika harus
jujur pada Rain, lalu dia meninggalkanku bahkan tidak menganggapku sebagai
sahabatnya lagi.
Kemudian Lila pun
membalas pesanku.
“Hentikan saja rasa itu.
Cobalah kembali ke real life. Sampai kapan rasa itu akan ada di hatimu?
Jangan habiskan waktumu untuk mencintai seseorang yang tidak pernah
mencintaimu. Jangan buang waktumu hanya untuk memikirkan Rain. Maaf Pelangi,
aku bukan mematahkan asamu. Aku hanya tidak ingin kau terlarut dengan rasa itu.
Kau harus melanjutkan hidupmu. Mencari cinta yang benar-benar ada untukmu. Kau
bukan wanita dengan usia belasan yang bahagia mencintai tanpa bisa memiliki.
Kau juga berhak bahagia. Yang aku takutkan adalah jika matamu tertutup oleh
cinta untuk Rain, kau takkan pernah bisa melihat keindahan yang dimiliki oleh
pria lain sementara kau sendiri sangat sadar bahwa Rain tidak mencintaimu.
Lalu, bagaimana kau bisa jatuh cinta kepada yang lain jika semua telah tertutup
oleh cinta untuk Rain?”
Pesan itu benar-benar
membuatku sangat terkejut. Entah apa yang pernah dibicarakan oleh Lila dan Rain
tentangku. Yang pasti aku merasa bahwa Lila mengetahui sesuatu tentang Rain.
Kubaca pesan itu berulang-ulang sambil duduk di tepi tempat tidur. Kuusap
wajahku kemudian menoleh ke kiri. Kulihat bayanganku di cermin yang terletak di
dekat tempat tidur. Kuperhatikan diriku dengan seksama. Lalu, hatiku bergumam
“tak ada yang bisa dibanggakan darimu, Pelangi. Benar-benar tidak ada”.
Akhirnya, kuputuskan
untuk berterus terang pada Rain secepatnya agar dia tahu dan akupun lega. Akan
kukirimkan surat padanya agar kubisa lebih bebas menyampaikan perasaanku. Aku
bahkan tahu Rain akan berkata “Kamu
hanya sahabat bagiku, Pelangi”.
It’s OK, Rain. Aku
tidak pernah berharap lebih.
Aku
hanya ingin Rain tahu bahwa aku mencintainya. Itu saja.
Dan...
surat sebanyak hampir 7 halaman pun terkirim. Berisi tentang semua perasaanku
padanya. Aku benar-benar merasa lega
karena akhirnya meskipun sangat sulit aku berani jujur tentang perasaanku.
Tiga hari
tanpa balasan. Karena merasa gelisah, akupun mengirim sms padanya, juga tak
dibalas. Tidak seperti biasanya. Aku merasa semakin gelisah dan tak tenang. Aku
mulai menyesal mengapa aku mengirim surat? Jika saja aku tahu ceritanya akan
berakhir seperti ini, akan kuurungkan niatku untuk berterus terang. Jika waktu
bisa kuputar kembali ke hari itu, takkan pernah aku menulis surat, apalagi
sampai mengirimnya.
Entahlah
bagaimana hubungan persahabatan kami selanjutnya...
Hanya
Allah yang Maha tahu.
Lima
hari kemudian...
Pukul 11.53 a.m
Rain mengirim sms padaku
bahwa ia sudah menyampaikan semua isi hatinya juga melalui surat.
Kubuka surat sebanyak
dua halaman itu dengan tangan bergetar. Kubaca baik-baik setiap kata yang
tertulis di sana. Rain menjelaskan tentang bagaimana perasaannya terhadapku,
bagaimana dia memandangku selama ini, dan banyak lagi yang juga menjelaskan
tentang dirinya. Yang terpenting dari isi surat itu adalah pointnya sangat
jelas. Seperti yang kuduga, bagi Rain bersahabat jauh lebih baik.
Aku sangat bahagia
menerima surat itu. Setidaknya, sekarang semuanya menjadi jelas. Sekalipun
hubungan kami bukanlah hubungan antara kekasih, tapi paling tidak hubungan
persahabatan kami tetap utuh. Aku tidak ingin kehilangan Rain seutuhnya, bahkan
sebagai sahabat. Balasan surat itu menandakan bahwa hubungan kami akan tetap
normal seperti biasa. Aku tetaplah sahabat yang istimewa baginya. Dan bagiku,
Rain adalah mi mejor amigo.
Cinta
tak pernah salah.
Cinta
membawa senyuman, bukan air mata.
Cinta
membangkitkan semangat, bukan melemahkan.
Bisa
mencintai dan dicintai adalah hal yang sangat membahagiakan.
Begitupun
saat cinta tak terbalas, jangan bersedih karenanya.
Bersyukurlah
karena hatimu bisa merasakan jatuh cinta.
Ketika
seseorang bersedih karena cinta, itu bukanlah karena cinta yang salah,
tapi
pelakunya yang salah dalam memahami cinta.
Rain
adalah cinta yang takkan pernah kusesali.
Seperti
halnya mencintai hujan, aku tak pernah berhenti meski sebagian orang tidak
menyukainya sama sekali.
~
Pelangi ~
The End
Ahh.. Sudah baca sampai habis.
BalasHapusIni harus sedih atau senang ya? Perasaannya campur aduk T_T
Ada sedih dan bahagia yg hadir bersamaan.hehehe
Hapus