Tak pernah kusangka akan
mencintai sahabatku sendiri. Dialah Rain, seseorang yang jiwanya sangat sejuk
seperti hujan yang selalu hadir dengan segala kesejukannya. Matanya yang teduh penuh kelembutan. Sikapnya
yang tenang menyiratkan dirinya yang penuh dengan kebaikan. Seakan segala
kebaikan diturunkan oleh Allah kepadanya. Begitu banyak kebaikan, hanya
kebaikan hingga tak kutemukan setitik pun keburukan dalam dirinya. Rain adalah
seseorang yang penuh dengan misteri, susah ditebak. Seperti buku yang sudah
terbuka di depan mata, tulisannya sangat jelas tapi isinya membingungkan.
Kadang, untuk mengetahui makna dari buku tersebut kita perlu menganalisis lebih
dalam. Begitupun Rain, dia sangat berbeda dengan pria kebanyakan. Ketika pria
lain bersikap dengan penuh kasih sayang kepada seorang wanita, itu karena
mereka memang sedang jatuh cinta. Tapi tidak bagi rain. Dia bisa bersikap
dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tapi dia tidak sedang jatuh cinta atau
mencintai seseorang. Itulah dirinya yang memang berbeda dari orang lain karena
dia istimewa. Beberapa orang mungkin akan salah mengartikan semua sikap dan
perlakuannya kepada mereka, tapi tidak denganku. Aku tidak pernah salah
mengartikan semua kebaikannya kepadaku.
Entah sejak kapan aku
mulai menyukainya, menyayanginya, dan mencintainya? Yang kutahu adalah bahwa
kami bersahabat. Awalnya, kami tidak begitu dekat. Jangankan untuk bercerita
panjang lebar, untuk bertegur sapa pun sangat jarang terjadi antara kami.
Hampir setiap orang yang
mengenalnya membicarakan kebaikannya yang tulus dan tanpa pamrih. Awalnya aku
tidak begitu memperhatikan hal itu. Apalagi memperhatikan dirinya. Hingga suatu
hari, salah seorang teman sekelas menaruh hati padanya. Disitulah awal kumulai
memperhatikannya. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa yang istimewa
darinya hingga hampir semua wanita yang mengenalnya tergila-gila kepadanya?
Pasti ada hal spesial yang dimiliki oleh dirinya, tapi entah apa itu?
Setiap hari kuperhatikan
dirinya. Secara fisik dia tidak begitu tampan. Tapi, entah mengapa dia menjadi
rebutan? Sekali lagi hatiku bergumam “pasti ada sesuatu yang istimewa darinya,
sesuatu yang tidak dimiliki oleh pria lain”. Tapi aku belum menemukan
jawabannya karena aku memang belum mengenalnya lebih jauh.
Dia tak pernah
menatapku. Hanya menoleh sekilas! Baginya aku hanyalah seorang teman sekelas
yang bernama Pelangi. Jika dibandingkan dengan teman-teman yang dekat dengannya
saat itu, aku memang tidak ada apa-apanya. Aku bukan anak orang kaya. Penampilanku
sangatlah sederhana. Aku bahkan tidak cantik. Secara fisik aku tidaklah
menarik. Aku hanya memiliki hati yang selalu terbuka untuk berteman dengan
siapa saja tanpa pernah memilih. Aku selalu siap untuk mendengarkan keluh kesah
teman-temanku. Aku hanya bisa mendengarkan, memberi sedikit saran, dan mencoba
menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Itu saja!
Tidak ada yang istimewa dari diriku.
Hari pun berganti. Aku
dan beberapa teman termasuk Rain sibuk dengan satu urusan yang sama membuat
kami berusaha menyelesaikannya secara bersama-sama pula. Hal itu membuat aku
dan Rain lebih sering bertemu. Rain pun mulai akrab denganku dikarenakan kami
bersahabat dengan orang yang sama. Tapi, tetap saja tak banyak yang kuketahui tentangnya.
Aku hanya tahu bahwa dia baik. Itu saja!.
Setelah kuliah selesai,
kami semua mulai sibuk dengan urusan kami masing-masing. Hal tersebut membuat
kami semua semakin jarang bertemu. Hanya berkirim pesan beberapa kali itupun
saat ada keperluan saja. Kecuali antara aku dan seorang sahabatku, Lila.
Komunikasi kami masih sangat lancar, baik itu online maupun offline.
Dan begitupun bagi Lila dan Rain. Komunikasi mereka lancar hingga setiap kali
Lila mengunjungiku, dia pasti akan menghubungi Rain untuk bergabung bersama
kami. Akan tetapi, saat kami bertemu, kebanyakan aku hanya diam mendengarkan
Rain dan Lila bercerita. Rain sangat jarang menyapaku dan akupun begitu, tidak
menyapanya. Aku merasa minder, malu, merasa tak dianggap dan sebagainya. Aku
selalu merasa mereka tidak menyadari keberadaanku. Jadi menurutku lebih baik
aku diam saja sambil mendengar setiap kata yang mereka ucapkan. Hal itu
dikarenakan setelah wisuda, aku sempat menutup diri dari teman-teman kuliah,
kecuali Lila.
Beberapa tahun kemudian, aku dan Rain terlibat dalam
pertemuan-pertemuan yang diatur oleh salah seorang sahabatku. Bisa dibilang
sebuah pertemuan rutin yang dilakukan setiap bulan untuk tetap menjaga hubungan
persahabatan. Akupun mulai mengenalnya dan akhirnya kutemukan mengapa dirinya
sangat istimewa. Dia punya hati. Yaa, hati yang sangat tulus. Hingga aku
menganggap dirinya adalah malaikat yang dititipkan Allah ke bumi. Akupun mulai
merasa kagum dan simpatik kepadanya. Tapi, tidak lebih dari itu!
Kemudian, seiring berjalannya waktu, aku mulai
merasa mencintainya tanpa pernah kutahu apa sebabnya. Yang pasti hal itu telah
berlangsung lama sejak aku mulai dekat dengannya. Diam-diam aku selalu mencuri
pandang. Terkadang aku menatapnya melalui kaca agar dia tak tahu bahwa aku
sedang memperhatikannya. Bagiku, Rain sangat istimewa. Wajah yang biasa-biasa
saja mulai terlihat rupawan di mataku karena semua kebaikan terpancar dari
hatinya dan menyinari wajahnya.
Aku mencintainya dalam diam...
continued to
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon tinggalkan komentar setelah membaca ya teman-teman.
Harap nama jelas. No Anynomous, please ^,^